Saturday, 14 May 2016

KODE API PADA OLI/PELUMAS ENGINE



     KODE API PADA OLI/PELUMAS ENGINE

      Dari beberapa pengendara/pengguna kendaraan bermotor belum sepenuhnya mengetahui apa itu kode API pada oli, biasanya kode API terdapat dibagian belakang kemasan oli, seperti API, JASO, SAE. Kali ini saya akan membahas tentang API dulu ya.....
     API adalah American Petroleum Institute suatu institusi di america yang bertugas menetapkan “GRADING”  atau level oli menurut service classification untuk mesin, standar griding di dasarkan kepada proteksi oksidasi, proteksi keausan, high temperatur engine, deposit, foaming,pembentukan asam, pembentukan kerak, perlindungan korosi yang berujung kepada konsumsi bahan bakar yang efisien.
Ada beberapa katagori dari API pada mesin bensin: 

1.       API SN
2.       API SM
3.       API SL
4.       API SJ
5.       API SH
6.       API SG
7.       API SF

1.       API SN : Menggunakan teknologi nano guard untuk melindungi bagian bagian terkecil dan sempit dari mesin, API SN  ini dapat digunakan untuk mesin keluaran tahun 2012 atau sebelumnya.
2.       API SM : Oli ini didisain untuk memberikan resistensi oksidasi yang lebih baik, menjaga temperatur, perlindungan lebih baik terhadap keausan komponenmesin, mengontrol deposit lebih baik . API SM ini diperkenalkan pada tahun 2004 dan dapat digunakan untuk mesin sesudah tahun 2004.
3.       API SL : Oli macam ini dirancang oleh pabrikan untuk menjaga temperatur engine dan energi conserving, oli ini dapat digunakan oleh engine yang dibuat ditahun 2004 atau sebelumnya.
4.       API SJ : Dapat digunakan untuk engine ditahun 2001 atau lebih tua.
5.       API SH : Dapat digunakan untuk engine ditahun 1996 dan sebelumnya.
6.       API SG : Dapat digunakan untuk engine ditahun 1993 dan sebelumnya.
7.       API SF : Dapat digunakan untuk engine ditahun 1988 dan sebelumnya.

Untuk kendaraan diesel/engine diesel berbeda lagi yaitu :

1.       API CJ – 4
2.       API CI – 4
3.       API CH – 4
4.       API CG – 4
5.       API CF – 4
6.       API CF – 2
7.       API CF

1.       API CJ – 4 : Untuk dipakai  dimesin keluaran tahun 2006 dan sesudah nya. Digunakan untuk mesin high speed, mesin 4 – langkah yang didesain untuk memenuhi standar . emisi  tahun 2007. Oli dengan kategori API CJ – 4 memiliki kriteria performa lebih baik dari pada jenis API CI – 4 dengan  CI – 4 plus, CI – 4, CH – 4 , CG – 4, dan CF – 4.
2.       API CI -4 : Digunakan untuk mesin diesel tahun 2002 dan sesudahnya. Digunakan pada mesin high speed, four stroke engines yang didesain untuk memenuhi standar emisi tahun 2004. Bisa menggantikan oli CD, CE,CF – 4, CG -4 dan CH-4.
3.       API CH – 4 : digunakan untuk mesin diesel tahun 1998 dan sesudahnya. Oli ini untuk mesin high speed , four stroke engines yang didesain untuk memenuhi memenuhi standar emisi tahun 1998. Bisa digunakan pada oli CD, CE, CF – 4, CG – 4.
4.       API CG – 4 :Diperkenalkan oleh pabrikan sejak tahun 1995, dipergunakan untuk kendaraan sedang/kinerja mesin sedang, high speed, four stroke engine. Dipergunakan untuk mesin yang meminta kandungan sulfur/belerang kurang dari 0,5%. Cocok untuk standar emisi 1994 bisa dipakai pada oli CD, CE, dan CF – 4.
5.       API CF – 4 : Dipergunakan untuk mesin high speed, four stroke engine, naturally aspirated dan engine turbo charger. Biasa digunakan untuk pengganti oli CD dan CE.
6.       API CF – 2 : Digunakan untuk kendaraan sedang /mesin kinerja sedang
7.       API CF : Digunakan untuk tahun 1994 dan sesudahnya, oli ini cocok untuk kendaraan oof road, inderect injected ( pembakaran langsung ) dapat menggantikan oli dengan kode CD.
Demikian lah penjelasan saya tentang API, API pada tiap – tiap oli berbeda kegunaan dan fungsinya, semoga bermanfaat buat bro n sis supaya kita lebih cermat lagi untuk memilih oli untuk kendaraan kesayangan.
Salam

wahyu

Saturday, 16 April 2016

CARA MENGHITUNG VOLUME SILINDER MOTOR

    
            Pada blog ini saya akan coba membahas tentang volume silinder motor, Setiap kendaraan bermotor memiliki kapasitas volume silinder yang berbeda - beda, dari 100cc sampai dengan 250cc lebih. Bagai mana cara menghitung nya :


contoh 1
      

         Rumus untuk menghitung kapasitas silinder :

     3.14  x  ( B x B ) x  S / 4

     B = Bore ( diameter piston )
     S = Stroke ( jarak piston dari TMA ke TMB )

Sebagai contoh kita pakai motor honda vario techno108 cc, kebetulan saya pakai motor itu heheheheh.... Sebelum mulai menghitung, kita harus merubah satuan mm ( milimeter ) menjadi cm ( centimeter ).
Bore   = 50 mm dirubah ke 5.0 cm
stroke =  52 mm dirubah ke 5.2 cm
sekarang kita masukkan ke rumus nya :
      3,14 x ( 5,0 x 5,0 ) x 5,2 / 4
  =  408,2 /4
  = 102,05 atau dibulatkan menjadi 108 cc

Rumus ini bisa diterapkan pada mesin 4 tak dan mesin 2 tak,  Dari rumus tersebut diatas bisa kita terapkan pada mesin bore up/ untuk menaikan cc mesin, jadi kita bisa hitung dulu berapa diameter piston yang cocok untuk bore up, dan brapa panjang stroke yang harus kita terapkan. Smoga blog ini bermanfaat untuk bro n sis dan slamat mencoba.

salam

wahyu



Friday, 15 April 2016

MENGENAL ALAT UKUR

  

  Mungkin dari beberapa orang belum mengenal atau mengetahui tentang alat - alat ukur. Disini saya akan menjelaskan beberapa macam alat - alat ukur yang setiap saat kita gunakan sebagai berikut :
  1. Jangka sorong ( vernier caliper)
  2. Mikrometer
  3. Dial gauge
  4. Thickness gauge ( Fuller )
  5. Multitester ( Analog & Digital )
1. JANGKA SORONG ( VERNIER CALIPER)
 
vernier caliper


              Jangka sorong merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman lubang. kebanyakan jangka sorong mempunyai skalu ukuran 0,05 mm. jangka sorong dengan skala ukuran 0,50 pada vernier nya, skala pada main body nya tampak ukuran 1 mm, berarti tiap vernier nya terbagi 19/20 dari 1 mm, sehingga terdapat nilai antara main body dengan vernier nya sebesar 0,05 mm. berikut ini adalah prosedur pemakain jangka sorong.
  1. sebelum melakukan pengukuran, pastikan skala pada main body dengan vernier nya pada posisi 0 ( nol ) atau segaris. pastikan permukaan jangka sorong untuk pengukuran benar benar  lurus dan tidak terhalang oleh benda apa pun.
  2. jika anda akan melakukan pengukuran diameter luar, tempatkan benda yang akan diukur tepat di antara rahang dan main body jangka sorong.
  3. untuk melakukan pengukuran pada permukaan yang sempit ( seperti alur ), gunakan bagian rahang yang tipis. untuk pengukuran diameter bagian dalam, gunakan rahang bagian atas pada main body. pastikan anda bener - bener tempat menempatkan ujung - ujung rahang nya pada bagian dalam dari objek yang akan di ukur.
  4. pembacaan caliper dimulai dengan melihat nilai diatas 1 mm pada skala main body, yaitu nilai lebih dari 0 ( nol ). selanjutnya untuk nilai di bawah 1 mm, lihat angka yang terletak segaris antara main body dan verniernya. 

2. MICROMETER


mikrometer


        alat ukur ini digunakan untuk mengukur permukaan luar dan permukanan dalam. Tingkat ketelitian mikrometer lebih tinggi dari jangka sorong, yaitu mencapai 0,01mm. Namun pembacaan nilainnya terbatas hanya mencapai 25 mm. Ranger pada mikrometer umumnya berkisar antara 0 - 25 mm, 25- 50 mm, dan 75 -100 mm. Mikrometer dengan ranger lebih dari 25 mm menggunakan standar gauge untuk seting nolnya ( 0 ) dan spesial wrench untuk penyetelannya. Pada mikrometer terdapat bagian - bagian sebagai berikut :
  1. ANVIL adalah bagian mikrometer yang permukaannya diam dan menempel dengan benda yang akan diukur.
  2. SPINDLE adalah bagian dari mikrometer yang bergerak, tempat menempelkan benda yang akan diukur. Pada bagian ini terdapat alur yang berjarak 0,5 mm/pitch sehingga spindle akan bergeser 0,5 mm pada tiap putaran timbel.
  3. FRAME merupakan rangka mikrometer yang berbentuk bulan sabit, pada bagian ini biasanya tertulis tingkat ketelitian dan ranger.
  4. RATCHET KNOB merupakan sekrup pengunci setelah pengukuran dirasakan tepat ( untuk menghasilkan tekanan pengukuran yang presisi ).
  5. LOCK merupakan switch pengunci ketika mikrometer tidak digunakan atau ketika angka pengukuran telah diperoleh.
  6. THIMBLE merupakan bagian luar pada mikrometer tempat skala tertulis.
  7. SLEEVER merupakan tempat skala terluar tertulis ( scale base line ).
 3. DIAL GAUGE


DIAL GAUGE
   Digunakan untuk mengukur tingkat kelurusan dan deviasi pada sebuah poros ( shaft ). Biasanya dial gauge mempunyai skala 1/100 mm. Terdapat dua bagian pada dail gauge, yaitu skala ukur dan spindel tip. Skala ukur merupakan jarum penunjuk ukuran, sedangkan spindel tip merupakan batang gauge yang menempel dengan bidang yang akan diukur. Jika spindel tip digerakan, akan terlihat jarum penunjuk pada skala ukur sesuai dengan arah putar jarum jam. Jarum penunjuk akan kembali ke posisi semulakarna tekanan tekanan per pada spindel dilepaskan. Jika jarumnya bergerak 5 garis/strip, ini berarti spindel tip bergerak sejauh 5/100 mm. Biasanya dial gauge ditempatkan pada magnet stand. Pembacaan nilai pengukurannya dapat diketahui dengan melihat range pergerakan jarum.

4. THICKNESS GAUGE ( FULLER )

THICKNESS GAUGE

  Disebut juga alat ukur ketebalan adalah alat untuk mengukur celah kecil  seperti celah klep, celah platina, celah ring piston, dan lainnya. Thickness gauge berupasatu set lembaran baja dengan ketebalan yang bervariasi, dari 0,03 - 1 mm. Berikut prosedur penggunaan thickness gauge :
  1. Masukan tip pada celah yang akan diukur.
  2. Tentukan ketebalan gauge yang sesuai dengan celahnya, sehingga gauge dapat dimasukkan dan dikeluarkan tanpa hambatan.
  3. Lakukan 2 - 3 kali pengukuran, dengan lembaran baja yang berbeda, agar diperoleh ketebalan yang pas.



5. MULTITESTER

  
MULTITESTER ANALOG



   Multitester adalah alat ukur listrikyang digunakan untuk mengukur tahanan, tegangan, dan kuat arus sekaligus. Dengan menggunakan multitester, sebuah komponen dapat diketahui rusak atau tidak nya. Terdapat dua tipe multitester yang ada dipasaran, yaitu tipe analog dan digital.


  1. Multitester analog
Kelebihan :
  • Pergerakan jarumnya dapat terlihat dengan jelas, sehingga pengukuran dapat terlihat dengan jelas.
  • Pembacaan nilainya lebih lambat dibandingkan dengan digital.
  • Jika besaran nilainya dirasakan tidak penting, cukup melihat gerakannya pointernya.


Kekurangan :
  • Lebih sering terjadi kesalahan pengukuran terutama pada besaran yang berbeda - beda.
  • Diperlukan setingan pada posisi 0 ( nol ) setiap kalimelakukan pengukuran yang menggunakan nilai ohm.
  • Jikasalah menggunakan polaritasnya, pointernya akan mengarah pada arah kebalikannya, ini akan merusak multitester.
  • Jika melakukan pengukuran dengan besaran berbeda, harus diketahui terlebih dahulu rangenya.

2. Multitester digital

 
multitester Digital
  Kelebihan :

  • Nilai skala dapat terbaca dengan mudah.
  • Tidak diperlukan setingan 0 ( nol ) saat pengukuran nilai ohm
  • Pembacaan yang tepat, sehingga lebih meyakinkan 
  • Jika salah dalam penempatan polaritasnya, tidak akan merusak multitesternya, nilainya akan menunjukan nilai negatif 

Kekurangan :
  • Nilai yang terbaca oleh multitester berfluktuasi, sehingga diperlukan kejelian dan kehati - hatian dalam pengukuran
  • Pastikan ukuran rangenya, desimalnya, mega ohm, kilovolt.
  • Tanda 1 pada layar menunjukan lewat batas pengukuran
  • Angka hasil pengukuran dapat terlihat dengan jelas
  • Harus bisa memperkirakan besar kisaran nilai.

   Masih banyak lagi alat - alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu benda, semoga dengan adanya blog ini dapat membantu dan dapat belajar dan bermafaat buat bro n sis. terima kasih.

salam

wahyu